Berita Komunitas Adat Semua Kategori Sulteng TANGGAP DARURAT SULTENG 

Komunitas Adat Kaili Tado Hadiri Undangan Bupati Pasayangkayu Terkait PT. Manuang

AMAN Sulteng, Pasangkakyu – Komunitas Adat Kaili Tado Wilayah Kabuyu hadiri undangan Bupati Kabupaten Pasayangkayu Provinsih Sulawesi Barat terkait sengketa tanah yang diserobot oleh PT. manuang

Hal itu di sampaikan oleh Aktivis HAM Noval A Saputra dalam keterangan pers rilisnya yang diterima oleh media ini pada Sabtu (22/2022).

Noval Menuturkan, Dalam kesempatan itu, masyarakat adat meminta 20 persen dari total lahan yang dikuasai oleh Perusahaan. Selain itu, mereka memberikan keterangan tentang sejarah pengusaan tanah dan kronologis masuknya perusahaan diperkebunan tersebut kepada Bupati.

Lanjut Noval, bahwa menurut seorang penggerak Warga. Dedi Sudriman Lasadindi, komunitas adat suku Kaili Tado mendapat perlakuan yang seharusnya tidak terjadi.

Pasalnya, seorang penggerak masyarakat adat sempat dipukuli oleh orang yang diduga preman.

Pemukulan itu terjadi setelah melakukan rapat dengan Bupati Pasangkayu, tepat depan pintu ruang rapat, saat insiden terjadi masyarakat tidak diperbolehkan mengambil gambar maupun video.

“Kami datang baik-baik, menuntut kembali hak rakyat Suku Kaili Tado, kami malah mendapat perlakuan yang tidak seharusnya dan kejadian itu tepat di lingkungan kantor bupati,” tuturnya

Noval mengatakan, ia merespon insiden yang menimpa Komunitas Adat Kaili Tado di Kantor Bupati Pasangkayu. Menurutnya ini adalah bentuk pembungkaman aspirasi rakyat. Apalagi kejadian itu terjadi dilingkungan kekuasaan pemerintah, yang imbasnya menjadi citra buruk bagi kekuasaan.

“Sudah terlalu banyak rentetan intimidasi yang dialami warga ketika mereka memperjuangkan hak atas tanahnya, padahal setiap warga Negara dijamin oleh Undang-undang dalam menyampaikan aspirasinya, ” ucapnya.

Selain itu, Ketua Badan Pengurus Harian Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Sulawesi Tengah (BPH AMAN SULTENG) Asran Dg Patompo, menegaskan bahwa Masyarakat Adat terus berjuang dalam eksistensinya yang telah dikikis oleh Korporasi. Sehingga mereka tetap bertahan dan menjaga wilayah adat yang secara turun temurun diwarisi oleh para leluhur.

” Wilayah adat sebagai sentral produksi dan lumbung pangan, dan telah terbukti mampu menyelamatkan warga Masyarakat Adatnya,” Pungkasnya.

Related posts

Leave a Comment